Selebrasi 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia Ditengah Pandemi Covid-19

Sumber foto: ayosemarang.com - Artikel ini dilombakan pada Stiki Creative Journalism Competition (SCJC) Tahun 2020. Berhasil Memperoleh Juara I, namun beberapa isi dan judul sudah dimodifikasi sebelum dipublish di blog ini. Selamat membaca teman-teman! 



Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, untuk pertama kalinya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Didepan ratusan orang, Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. 75 tahun silam Indonesia mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang merdeka, bebas dari penjajahan, dan bebas dari penderitaan. Hari itu resmi menjadi momentum bersejarah, yang hingga saat ini dikenal sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia.

Bebas dari penjajahan artinya bangsa Indonesia telah memiliki hak penuh untuk menentukan (Right to self-determination) masa kini dan masa depan. Sedangkan bebas dari penderitaan artinya bangsa Indonesia dapat menikmati kebahagiaan kolektif, setelah selama ratusan tahun hak-hak tersebut direnggut oleh kekuasaan kolonial.

Independence is happiness, kemerdekaan adalah kebahagiaan, demikian pernah dinyatakan seorang aktivis Amerika, Susan B. Anthony pada tahun 1820. Mungkin kalimat tersebut adalah kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan perasan rakyat Indonesia, tatkala diberi kesempatan untuk merasakan kebebasan yang telah lama dinanti-nanti. Kemerdekaan akan selalu identik dengan kebahagiaan, karena hal tersebut menyatu dalam diri kita sampai saat ini. Karena tanpa kemerdekaan mustahil rasanya kita dapat hidup seperti sekarang. Memiliki kebebasan dalam berpendapat, memiliki hak untuk memilih dan dipilih serta hak untuk memperoleh pendidikan serta perlakuan yang layak.

Setiap tahunnya pada tanggal dan bulan yang sama masyarakat Indonesia akan merayakan hari kemerdekaan dengan penuh kemeriahan dan suka cita. Ada banyak rangkaian acara yang telah disusun sejak jauh hari, seperti upacara bendera yang diselenggarakan seluruh institusi di Indonesia. Mulai dari siswa sekolah, pegawai negeri sipil, hingga para petinggi negara pasti akan menghadiri upacara bendera. Selain itu perayaan hari kemerdekaan juga identik dengan kegiatan lomba khas 17-an seperti lomba panjat pinang, memasukkan belut dalam botol dan lomba makan krupuk. Hanya saja perayaan kali ini sangat sanagt berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada lagi kemeriahan lomba-lomba yang mewarnai suasana peringatan kemerdekaan.

Pandemi Covid-19 telah mengubah segalanya. Bahkan sebanyak 215 negara, tanpa terkecuali juga tengah menghadapi masa sulit di tengah pandemi covid-19 ini. Dalam catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa setidaknya sampai tanggal 14 September 2020. Tercatat ada 29 juta kasus diseluruh dunia dengan jumlah kematian sebanyak 924 ribu jiwa. Sementara itu di Indonesia pada waktu yang sama, angka kasus positif telah mencapai 221.523 jiwa. Korban meninggal sebanyak 8.841 jiwa dengan rata-rata pertambahan kasus per hari sekitar 3.000 kasus. Tentunya ini menjadi rambu-rambu bahwa situasi bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Pandemi beserta dampaknya telah menimbulkan krisis yang tidak hanya mengancam kesehatan umat manusia, tapi juga mengubah hampir semua aspek kehidupan. Tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan diluar rumah akibat adanya pembatasan sosial yang diterapkan diberbagai daerah guna menekan jumlah kasus positif covid-19. Hal tersebut juga memaksa masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah.

Covid-19 betul-betul telah menciptakan perubahan drastis yang tidak dapat dipulihkan (irreversible changes) dalam waktu dekat. Selama vaksin belum berhasil ditemukan, maka selama itu pula kita akan menjalani kehidupan yang tidak normal. Kalaupun vaksin berhasil ditemukan, maka yang terjadi justru kita akan meninggalkan kebiasaan lama atau old normal,menuju kebiasaan baru atau new normal. Tidak ada yang tahu pasti, kapan pandemi virus corona ini akan berakhir.

Namun tahukah kita, ada satu sosok yang berdiri dengan tegak dan menjadi garda terdepan dalam menangani pandemi. Mereka adalah para tenaga medis yang siap bertaruh nyawa demi menyelamatkan pasien covid-19. Merekalah pahlawan kemanusiaan, yang setiap hari harus memakai jubah putih lengkap dengan berbagai pelindung yang membuat pengap. Mereka telah rela mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, dan nyawa demi menyelamatkan ratusan ribuan pasien covid-19. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang ikut terpapar, bahkan harus gugur dalam menjalankan tugas. Disisi lain tugas berat mereka tidak akan pernah berakhir jika masyarakat masih saja abai dalam menjalankan protokol kesehatan.

Hargailah perjuangan tenaga medis, dan bantulah mereka dalam menuntaskan tugasnya. Hanya itu yang bisa penulis sampaikan dalam tulisan ini. Momentum 75 tahun kemerdekaan ini harus menjadi titik tolak kesadaran bagi kita semua untuk berbenah. Masyarakat dan pemerintah harus bersinergi untuk menghujudkan “Indonesia Maju” agar kalimat tersebut tidak menjadi slogan semata. Marilah kita mengambil langkah besar untuk memanfaatkan momentum krisis ini, menjadi waktu terbaik untuk berbenah.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk meringankan tugas para petugas medis?

1. Disiplinlah Menjalankan Protokol Kesehatan

Kedisiplinan masyarakat akan menjadi penentu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Sebab Hidup disituasi yang baru tentunya memaksa kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik, Harus disadari kini (3 M) memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak kini adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan demi menjaga kesehatan diri. Kita tidak boleh egois dalam situasi seperti ini. Kita harus sadar, jika bukan kita yang dapat memutus penyebaran covid-19 ini, lalu siapa lagi.

2. Menjaga Pola Hidup Sehat

Tidak hanya mencegah dari luar, kita juga bisa mencegah penyebaran corona dari dalam melalui peningkatan daya tahan tubuh. Dalam upaya pencegahan covid-19, diperlukan pertahanan tubuh atau sistem imun yang kuat. Dengan makan-makanan yang sehat dan bergizi serta rajin berolahraga, minum vitamin dan berbagai nutrisi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

3. Transformasi Digital

Sudah menjadi tugas pemerintah untuk sesigap mungkin untuk dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani pandemi. Covid-19 menjadi momentum kesadaran bagi setiap elementbaik pemerintah ataupun masyaarakat dalam hal penguasaan teknologi. Saat pandemi memaksa kita untuk tidak lagi melakukan aktivitas diluar rumah, solusi alternatif yang dapat kita laukan adalah memanfaatka teknologi itu sendiri. Transformasi konvensional ke digital sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas pelayanan public. Road map transformasi digital menjadi keniscayaan bagi sektor pemerintahan seperti layanan publik, sektor pendidikan dengan menjalankan belajar dari rumah melalui metode daring. Serta sektor ekonomi yang memungkinkan kita untuk menjadi pelaku e-commerce.

4. Gerakan Mandiri Pangan

Tentunya selain berdampak pada kesehatan, pandemi juga memberikan imbas besar pada sektor ekonomi. Meskipun pemerintah telah memberi stimulus ekonomi dengan berbagai program bantuan sosial. Tetap saja mengajak masyarakat untuk mandiri pangan adalah solusi terbaik yang harus dilakukan. Sebab kita tidak pernah tahu sampai kapan pemerintah mampu memberikan bantuan, sebab kemampuan negara juga memiliki batasan. Selama manusia belum punah, maka selama itu juga pangan sangat diperlukan. Mandiri pangan yang dimaksud adalah masyarakat dapat menanam berbagai sayuran dan buah-buahan dilingkungan rumah. Serta pemerintah juga harus mewajibkan masyarakat untuk membeli produk pangan lokal. Guna menjaga perputaran ekonomi sehingga dapat saling mensejahterakan.

5. Membangun Sikap Optimis

Seperti yang kita ketahui pikiran negatif ditengah situasi ini dapat menimbulkan kecemasan dan bahkan stress. Hal tersebut tentu saja berkolerasi dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu kita wajib berfikir positf dan menciptakan suasana yang bahagia untuk menjaga sistem imun. Memiliki banyak waktu luang dirumah dapat kita gunakan sebagai kesempatan yang besar untuk bercengkrama dan menikmati waktu bersama keluaarga. Dengan membangun pikiran positif dan optimis, maka niscaya pandemi akan segera berlalu. Sudah saatnya momentum ini kita jadikan sebagai waktu terbaik untuk meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dan mendahului kita. Tidak perlu banyak komentar, tapi lebih baik ikut bergerak. Dibutuh komitmen yang kuat, serta keseriusan semua komponen untuk bersinergi dalam menghentikan laju virus covid-19. Oleh karena itu mari berjuang bersama dan kita bantu para petugas medis untuk mengakhiri rantai pandemi ini. Mari kita rebut kemerdekaan kita kembali. Mari merdeka dari Covid-19.

Terimakasih petugas medis!


DAFTAR PUSTAKA

Kompas.com. 2020. Ternyata Ada Momentum Penting Selain Proklamasi Kemerdekaan Kompas.com. 2020. HUT Ke-75 RI, Apa Kata Generasi Muda soal Kemerdekaan?. Terdapat pada: https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/17/103100265/hut-ke-75-ri-apa-kata-generasi-muda-soal-kemerdekaan-?page=all. Diakses pada 14 September 2020. 

Dialeksis. 2020. Pahlawan Corona, Tuhan Menyematkan Tanda Jasa Untukmu. Terdapat pada: https://dialeksis.com/indepth/pahlawan-corona-tuhan-menyematkan-tanda-jasa-untukmu/. Diakses pada 14 September 2020.

Update data perkembangan kasus Covid-19 di dunia. Terdapat pada: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 gclid=Cj0KCQjwqfz6BRD8ARIsAIXQCf1XLr1fwmh_89ZHubaygxbFikif4 qBp40gIsFCqHbpnVvXDe1rIuIQaAgTfEALw_wcB . Diakses pada 14 September 2020.

Update data perkembangan kasus Covid-19. Terdapat pada: https://covid19.go.id/. Diakses 14 September 2020.


Penulis

Ni Luh Rosita Dewi

Mahasiswa Semester 3 Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Warmadewa

CP: 085738641765/ www.niluhrositadewi.blogspot.com

Postingan populer dari blog ini

Esai Beasiswa Unggulan Kemendikbud RI Lolos Tahap 1 Adiministrasi

Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Bullyingkah Penyebabnya?

Sosialisai Peraturan Perangkat Kewilayahan PDF

Nonton Film Sambil Belajar Politik, Designated Survivor: 60 Days Cocok Temani Aktivitasmu Selama Dirumah Aja

Art of Resistance: Seni Perlawan Anak Muda Era Revolusi Industri 4.0