4 Kunci Menjadi Netizen Bijak yang Tidak Termakan Hoax


Di era digital saat ini pesatnya penggunaan internet seolah tidak bisa terbendung. Berdasarkan hasil survei APJII dan Indonesia Survey Center (ISC) menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet per kuartal II tahun 2020 mencapai 73,7 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia atau setara dengan 196,7 juta pengguna. Besarnya jumlah pengguna menyebabkan internet kini menjelma menjadi kebutuhan yang tidak bisa lapas dari aspek kehidupan manusia. Bahkan tanpa disadari telah terjadi ketergantungan akut dalam penggunaanya sehari-hari. Hootsuite (We are Social) tahun 2020, mencatatkan nama Indonesia sebagai 10 besar negara dari 47 negara yang dianalisis tingkat kecanduan media sosial. Hal ini juga disebabkan oleh situasi pandemi Covid-19 yang memungkinkan masyarakat lebih sering mengakses internet seperti sosial media facebook, youtube, instagram dan twitter.

Dengan masifnya penggunaan internet dan sosial media, secara tidak langsung akan mendorong tersebarnya segala informasi dengan sangat cepat dan tidak terbatas. Namun, besarnya pengguna sosial media tersebut bisa berdampak negative jika tidak dibarengi dengan literasi media sosial yang baik. Bahkan direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri menyebutkan selain kemampuan mengenali Hoax masih rendah, tingkat literasi digital orang Indonesia juga masih belum cukup tinggi. Dalam survei yang mengukur status literasi digital di 34 provinsi Indonesia ditemukan, indeks literasi digital secara nasional belum sampai level “baik”. (Berisatu.com, 2020). Hal tersebut menyebabkan netizen Indonesia belum mampu untuk memahami, menganalisi dan mengevaluasi informasi yang beredar merupakan fakta atau berita bohong (Hoax).

Hoax atau berita bohong tumbuh subur penyebarannya di berbagai sosial media seperti Facebook, Instagram dan whatsapps. Bahkan di tahun 2020 Dinas Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) menemukan ada 800.000 situs penyebar Hoax di Indonesia. Sehingga Mayarakat kini dengan mudahnya mempercayai informasi yang belum dipastikan kebenaranya. Menempati urutan urutan terendah kedua tentang Literasi di dunia menjadikan orang Indonesia dapat dengan mudah mempercayai sebuah informasi yang tidak jelas aktualitasnya. Hal yang sangat konyol dan aneh pun akan mereka telan mentah-mentah, kemudian dipercaya sepenuh hati dan dibagikan kepada publik. Selain itu sopan santun dalam menggunakan media sosial dan platform online harusnya mulai ditumbuh kembangkan oleh pengguna internet (warganet). Sebagai netizen kita memiliki tanggung jawab untuk berperilaku dengan baik di sosial media. Maka dari itu, agar menjadi netizen yang lebih baik, kita dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1.     Perhatikan apa yang kamu posting secara online.

Facebook, Twitter, atau Instagram hanyalah beberapa dari situs jejaring sosial yang dapat diikuti dan digunakan orang. Sosial media mungkin menjadi cara yang bagus untuk menghilangkan rasa frustrasi dan mungkin menyenangkan untuk digunakan, tetapi pastikan untuk tetap bertanggungjawab dalam menggunakannya. Sebelum memposting tanyakan pada diri apakah itu layak untuk dibagikan? Ingatlah bahwa semua yang kita posting secara online dapat membahayakan orang lain. Maka, jadilah netizen yang cerdas.

2.     Berhati-hatilah dengan apa yang kamu katakan.

Jangan lupa untuk selalu memperhatikan apa yang kamu katakana. Pastikan apapun komentar yang kamu tulis tidak bersifat kasar, sensitif, sombong, atau licik. Komentar yang ditulis dengan tergesa-gesa dapat menjadi buruk apabila maksud dan tujuannya baik namun Bahasa yang digunakan kurang sopan. Oleh karena itu bersikap sopanlaj dan lebih dewasa saat berinteraksi dengan teman, pengikut, dan audiens di media sosial.

3.     Berhati-hatilah dengan privasi.

Dalam dunia digital saat ini, sangat mudah untuk mengambil tangkapan layar dari pesan pribadi dan membagikannya dengan seluruh dunia. Tindakan ini termasuk hal yang tidak pantas dilakuka karena dapat menyinggung sehingga tidak boleh dilakukan sama sekali. Namun, bila tidak ingin apa yang kamu bagikan secara pribadi dibagikan secara publik, hindari melakukannya secara online. Ingat aturan emas: "Jangan lakukan kepada orang lain apa yang anda tidak ingin orang lain lakukan kepada anda".

4.     Hindari berbagi berita palsu.

Saat ini berita bohong (hoax) semakin mudah menyebar dengan cepat, terlebih pada generasi sekarang dimana situs jejaring sosial menjadi trend dan kita bisa langsung membagikan postingan hanya dengan sekali klik. Sehingga dengan maraknya berita palsu bisa membuat orang membuat keputusan yang buruk atau bisa membuat mereka panik. Jadi sebelum membagikannya, pastikan kamu membacanya terlebih dahulu dan melakukan verifikasi informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

Terlepas dari semua kemudahan yang kita miliki, kebebasan berbicara di sosial media tidak menjadikan kita bisa melakukan apa saja yang kita pikir benar tanpa berfikir matang-matang terlebih dahulu. Oleh karena itu jadilah netizen yang cerdas dalam menggunakan sosial media. Sehingga kita tidak lagi dengan mudah terpapar oleh informasi bohong atau hoax.

 

Follow Instagram: rositadw_nl

Postingan populer dari blog ini

Esai Beasiswa Unggulan Kemendikbud RI Lolos Tahap 1 Adiministrasi

Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Bullyingkah Penyebabnya?

Sosialisai Peraturan Perangkat Kewilayahan PDF

Nonton Film Sambil Belajar Politik, Designated Survivor: 60 Days Cocok Temani Aktivitasmu Selama Dirumah Aja

Art of Resistance: Seni Perlawan Anak Muda Era Revolusi Industri 4.0